pictrure

pictrure

Kamis, 05 Desember 2013

cerpen

heihoooo mau ngepost lagi nih,kali ini tentang cerpen yg gw bikin. gw juga ga tau kenapa judulnya bisa puitis gini.tp gapapa cerpen ini udah dapet penghargaan dari temen sama guru gw ko :D maaf kalo jelek hehe.


                                                                    Hujan pun Tahu

Langit gelap kelabu,hembusan angin menususuk tulang. Rintikan air jatuh perlahan. Terdengar suara isak tangis di sela-sela hujan. Pelan namun pasti. Sepertinya cuaca tau apa yang ia rasakan saat ini.
Di lorong rumah sakit yang sepi. Ia menunduk,menangis. Tangisan yang tidak dapat dibendung lagi oleh matanya. Pertahanan hatinya sudah hancur oleh pernyataan dokter yang memvonisnya. Tidak ada yang dapat ia lakukan lagi. Ingin sekali marah,meminta tolong untuk mengeluarkan ia dari masalah ini. Namun,siapa yang harus ia marahi? Siapa yang harus ia mintai pertolongan? Semua sudah terjadi. Vonis itu tidak dapat di ubah.
    Ardi,pria yang duduk di kelas 2 SMA harus menjalani hidupnya seperti biasa. Ia tahu hidup akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Kini,ia tidak bisa selalu masuk sekolah seperti biasanya. Ia harus sering bolak-balik rumah sakit untuk mengobati penyakitnya. Leukimia. Ia pernah mempelajari tentang penyakit itu di buku biologinya. Kini penyakit itu bersarang dalam tubuhnya.
    Bau rumah sakit yang memuakan,obat-obatan yang entah berapa banyaknyadan kemoterapi yang berulang-ulang. Ia sudah terbiasa dengan semua itu. “kemoterapi sial” ucap ardi sambil mengambil rambutnya di lantai. Kemoterapi itu membuat rambutnya rontok dan badanya menjadi kurus.
    “Di kamu ga apa-apa? Bagaimana hasilnya?kamu harus kuat yah di”.
     “Iya di,lo ga boleh nyerah gitu aja, ntar kalo lo sembuh, kita main basket lagi”.
“Hm.. iya gw bakal berjuang ko,makasih ya Nay,Ris”. Ucap ardi kepada dua sahabatnya Nayla dan Faris.
  “Gw benci sama keadaan gw yang lemah,bahkan untuk bangun dari tempat tidur aja gw ga mampu”. Ujar ardi sambil berusaha bangun dari tempat tidurnya.
BRUK!!
      Ardi terjatuh dari tempat tidurnya dan tidak sadarkan diri. Nayla dan faris berteriak histeris. Dokter pun segera datang namun sia-sia,Ardi telah pergi untuk selamanya
      “Ardi!!” teriak nayla
      “Di,lu ga usah bercanda di ga lucu,bangun di,lu bilang lu mau main basket bareng gw!”
Tubuh Ardi tak bergeming. Hanya ada suara isak tangis yang terdengar. hujan mengiringi kepergian Ardi ke peristirahatan yang terakhir.
 Kematian memang datang tak terduga. Nayla dan Faris begitu kehilangan sosok sahabatnya yang selama ini selalu ada dalam hidupnya.

    “Di,makasih ya selama ini lu udah bikin kita bahagia. Tugas lu udah selesai di,makanya tuhan ambil lu lebih dulu”. Ujar faris
     “Di,yang tenang ya,kita bakal sering-sering main kesini ko”. Ucap Nayla dengan lirih.