heihoooo mau ngepost lagi nih,kali ini tentang cerpen yg gw bikin. gw
juga ga tau kenapa judulnya bisa puitis gini.tp gapapa cerpen ini udah
dapet penghargaan dari temen sama guru gw ko :D maaf kalo jelek hehe.
Hujan pun Tahu
Langit gelap kelabu,hembusan angin menususuk tulang. Rintikan air jatuh
perlahan. Terdengar suara isak tangis di sela-sela hujan. Pelan namun
pasti. Sepertinya cuaca tau apa yang ia rasakan saat ini.
Di lorong rumah sakit yang sepi. Ia menunduk,menangis. Tangisan yang
tidak dapat dibendung lagi oleh matanya. Pertahanan hatinya sudah hancur
oleh pernyataan dokter yang memvonisnya. Tidak ada yang dapat ia
lakukan lagi. Ingin sekali marah,meminta tolong untuk mengeluarkan ia
dari masalah ini. Namun,siapa yang harus ia marahi? Siapa yang harus ia
mintai pertolongan? Semua sudah terjadi. Vonis itu tidak dapat di ubah.
Ardi,pria yang duduk di kelas 2 SMA harus menjalani hidupnya seperti
biasa. Ia tahu hidup akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Kini,ia
tidak bisa selalu masuk sekolah seperti biasanya. Ia harus sering
bolak-balik rumah sakit untuk mengobati penyakitnya. Leukimia. Ia pernah
mempelajari tentang penyakit itu di buku biologinya. Kini penyakit itu
bersarang dalam tubuhnya.
Bau rumah sakit yang memuakan,obat-obatan yang entah berapa
banyaknyadan kemoterapi yang berulang-ulang. Ia sudah terbiasa dengan
semua itu. “kemoterapi sial” ucap ardi sambil mengambil rambutnya di
lantai. Kemoterapi itu membuat rambutnya rontok dan badanya menjadi
kurus.
“Di kamu ga apa-apa? Bagaimana hasilnya?kamu harus kuat yah di”.
“Iya di,lo ga boleh nyerah gitu aja, ntar kalo lo sembuh, kita main basket lagi”.
“Hm.. iya gw bakal berjuang ko,makasih ya Nay,Ris”. Ucap ardi kepada dua sahabatnya Nayla dan Faris.
“Gw benci sama keadaan gw yang lemah,bahkan untuk bangun dari tempat
tidur aja gw ga mampu”. Ujar ardi sambil berusaha bangun dari tempat
tidurnya.
BRUK!!
Ardi terjatuh dari tempat tidurnya dan tidak sadarkan diri. Nayla
dan faris berteriak histeris. Dokter pun segera datang namun
sia-sia,Ardi telah pergi untuk selamanya
“Ardi!!” teriak nayla
“Di,lu ga usah bercanda di ga lucu,bangun di,lu bilang lu mau main basket bareng gw!”
Tubuh Ardi tak bergeming. Hanya ada suara isak tangis yang terdengar.
hujan mengiringi kepergian Ardi ke peristirahatan yang terakhir.
Kematian memang datang tak terduga. Nayla dan Faris begitu kehilangan
sosok sahabatnya yang selama ini selalu ada dalam hidupnya.
“Di,makasih ya selama ini lu udah bikin kita bahagia. Tugas lu udah
selesai di,makanya tuhan ambil lu lebih dulu”. Ujar faris
“Di,yang tenang ya,kita bakal sering-sering main kesini ko”. Ucap Nayla dengan lirih.